ALKALOID
Pengertian Senyawa Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa atau alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia dan hewan.
Alkaloid juga adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloida berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloida mengandung paling sedikit satu atom nitrogen.
Hampir semua alkaloida yang ditemukan di alam mempunyai keaktifan biologis tertentu, ada yang sangat beracun tetapi ada pula yang sangat berguna dalam pengobatan. Misalnya kuinin, morfin dan stiknin adalah alkaloida yang terkenal dan mempunyai efek sifiologis dan fisikologis. Alkaloida dapat ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting dan kulit batang. Alkaloida umunya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus dipisahkan dari campuran senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan tumbuhan.
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan
di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas
dalam berbagai jenis tumbuhan tingkat tinggi. Sebagian besar alkaloid terdapat
pada tumbuhan dikotil sedangkan untuk tumbuhan monokotil dan pteridofita
mengandung alkaloid dengan kadar yang sedikit.
Pengertian lain Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam
bersifat basa atau alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N
(Nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik
atau aromatis, dan dalam dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada
manusia dan hewan. Sebagai contoh, morfina sebagai pereda rasa sakit, reserfina
sebagai obat penenang, atrofina berfungsi sebagai antispamodia, kokain sebagai
anestetik lokal, dan strisina sebagai stimulan syaraf (Ikan, 1969). Selain itu
ada beberapa pengecualian, dimana termasuk golongan alkaloid tapi atom N
(Nitrogen) terdapat di dalam rantai lurus atau alifatis.
Prinsip Dasar Pembentukan Alkaloid
Asam amino merupakan senyawa organik yang
sangat penting, senyawa ini terdiri dari amino (NH2) dan karboksil (COOH). Ada
20 jenis asam amino esensial yang merupakan standar atau yang dikenal sebagai
alfa asam amino alanin, arginin, asparagin, asam aspartat, sistein, asam
glutamat , glutamin, glisin, histidine, isoleusin, leusin, lysin, metionin,
fenilalanine, prolin, serine, treonine, triptopan, tirosine, and valin(4). Dari
20 jenis asam amino yang disebutkan diatas, alkaloid diketahui berasal dari
sejumlah kecil asam amino yaitu ornitin
dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan tirosin yang menurunkan alkaloid jenis
isokuinolin, dan triftopan yang
menurunkan alkaloid indol. Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa
alkaloid adalah reaksi mannich antara suatu aldehida dan suatu amina primer dan
sekunder, dan suatu senyawa enol atau fenol. Biosintesis alkaloid juga
melibatkan reaksi rangkap oksidatif fenol dan metilasi. Jalur poliketida dan
jalur mevalonat juga ditemukan dalam biosintesis alkaloid. Kemudian reaksi yang
mendasari pembentukan alkaloid membentuk basa. Basa kemudian bereaksi dengan
karbanion dalam kondensasi hingga terbentuklah alkaloid.
Disamping reaksi-reaksi dasar ini, biosintesa
alkaloida melibatkan reaksi-reaksi sekunder yang menyebabkab terbentuknya
berbagai jenis struktur alkaloida. Salah satu dari reaksi sekunder ini yang
terpenting adalah reaksi rangkap oksidatif fenol pada posisi orto atau para
dari gugus fenol. Reaksi ini berlangsung dengan mekanisme radikal bebas.
Reaksi-reaksi sekunder lain seperti metilasi
dari atom oksigen menghasilkan gugus metoksil dan metilasi nitrogen
menghasilkan gugus N-metil ataupun oksidasi dari gugus amina. Keragaman
struktur alkaloid disebabkan oleh keterlibatan fragmen-fragmen kecil yang
berasal dari jalur mevalonat, fenilpropanoid dan poliasetat.
Dalam biosintesa higrin, pertama terjadi
oksidasi pada gugus amina yang diikuti oleh reaksi Mannich yang menghasilkan
tropinon, selanjutnya terjadi reaksi reduksi dan esterifikasi menghasilkan
hiosiamin.
B. Klasifikasi Alkaloida
Alkaloid biasanya diklasifikasikan menurut kesamaan sumber asal molekulnya (precursors), didasari dengan metabolisme pathway (metabolic pathway) yang dipakai untuk membentuk molekul itu. Kalau biosintesis dari sebuah alkaloid tidak diketahui, alkaloid digolongkan menurut nama senyawanya, termasuk nama senyawa yang tidak mengandung nitrogen (karena struktur molekulnya terdapat dalam produk akhir. sebagai contoh: alkaloid opium kadang disebut "phenanthrenes"), atau menurut nama tumbuhan atau binatang dimana senyawa itu diisolasi. Jika setelah alkaloid itu dikaji, penggolongan sebuah alkaloid diubah menurut hasil pengkajian itu, biasanya mengambil nama amine penting-secara-biologi yang mencolok dalam proses sintesisnya.
Klasifikasi alkaloida dapat dilakukan berdasarka beberapa cara yaitu :
1. Berdasarkan jenis cicin heterosiklik nitrogen yang merupakan baian dari struktur molekul. Berdasarkan hal tersebut, alkaloid dibedakan atas beberapa jenis seperti :
· Golongan Piridina: piperine, coniine, trigonelline, arecoline, arecaidine,guvacine, cytisine, lobeline, nikotina, anabasine, sparteine, pelletierine.
Gambar. Struktur Piridina
· Golongan Pyrrolidine: hygrine, cuscohygrine, nikotina
gambar. Struktur Pyrrolidine
·Golongan Isokuinolina: alkaloid-alkaloid opium (papaverine, narcotine,narceine), sanguinarine, hydrastine, berberine, emetine, berbamine, oxyacanthine.
· Golongan Kuinolina: kuinina, kuinidina, dihidrokuinina, dihidrokuinidina,strychnine, brucine, veratrine, cevadine.
Gambar. Struktur Kuinolina
· Golongan Indola:
o Ergolines (alkaloid-alkaloid dari ergot ): ergine, ergotamine, lysergic acid
o Alkaloid Vinca: vinblastine, vincristine
o Alkaloid Kratom (Mitragyna speciosa): mitragynine, 7-hydroxymitragynine
o Alkaloid Tabernanthe iboga: ibogaine, voacangine, coronaridine
o Alkaloid Strychnos nux-vomica: strychnine, brucine
Gambar. Struktur Indol
2. Berdasarkan jenis tumbuhan dari mana alkaloida ditemukan.
3. Berdasarkan asal-usul biogenetic. Berdasarkna hal ini alkaloida dapat dibedakan atas tiga jenis utama yaitu :
a. Alkaloida alisiklik yang berasal dari asam-asam amino ornitin dan lisin.
b. Alkaloida aromatik jenis fenilalanin yang berasal dari fenilalanin, tirosin dan 3,4 – dihidrofenilalanin.
c. Alkaloida aromatik jenis indol yang berasal dari triptopan.
Sistem klasifikasi yang paling banyak diterima adalah menurut Hegnauer, dimana alkaloida dikelompokkan atas :
1. Alkaloida sesungguhnya, alkaloida ini merupakan racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas fisiologis yang luas, hamper tanpa kecuali bersifat basa. Umumnya mengandung nitrogen dalam cicin heterosiklik, diturunkan dari asam amino, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organik. Beberapa pengecualian terhadap aturan tersebut adalah kolkhisin dan asam aristolkhoat yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cicin heterosiklik dan alkaloida quartener yang bersifat agak asam daripada bersifat basa.
2. Protoalkaloida, merupakan amin yang relative sederhana dimana nitrogen asam amino tidak terdapat dalam cicin heterosiklik. Protoalkaloida diperoleh berdasarkan biosintesa dari asam amino yang bersifat basa. Pengeertian amin biologis sering digunakan untuk kelompok ini.
3. Pseudoalkaloida, tidak diturunkan dari precursor asam amino. Senyawa ini biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloida yang penting dalam kelompok ini yaitu alkaloida steroidal dan purin.
C. Sifat Senyawa Alkaloid
Kebanyakan alkaloida berupa padatan Kristal dengan titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisinya. Dapat juga berbentuk amorf dan beberapa seperti nikotin dan konini berupa cairan.
Kebanyakan alkaloida tak berwarna, tetapi beberapa senyawa kompleks spesies aromatik berwarna. Pada umumnya basa bebas alkaloida hanya larut dalam pelarut organik meskipun beberapa pseudoalakaloid dan protoalkaloida larut dalam air. Garam alkaloida dan alkaloida quaterner sangat larut dalam air.
Alkaloida bersifat basa yang tergantung pada pasangan electron pada nitrogen. Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron maka ketersediaan electron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat menarik elektron maka ketersediaan pasangan electron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloida dapat bersifat netral atau bahkan bersifat sedikit asam.
Kebasaan alkaloida menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi olakloida selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik atau anorganik sering mencegah dekomposisi.
D. Reaksi Senyawa Fenolik
Reaksi umum untuk alkaloid
1. Reaksi pengendapan untuk alkaloid
Reaksi Mayer : HgI2
· Cara : zat + pereaksi Mayer timbul endapan kuning atau larutan kuning bening → + alakohol endapannya larut. Reaksi dilakukan di objek glass lalu Kristal dapat dilihat di mikroskop. Jika dilakukan di tabung reaksi lalu dipindahkan, Kristal dapat rusak. Tidak semua alkaloid mengendap dengan reaksi mayer. Pengendapan yang terjadi akibat reaksi mayer bergantung pada rumus bangun alkoloidnya.
Reaksi Bouchardat
· Cara : sampel zat + pereaksi Bouchardat → coklat merah, + alkohol → endapan larut.
2. Reaksi warna
- Dengan asam kuat : H2SO4 pekat dan HNO3 pekat (umumnya menghasilkan warna kuning atau merah)
- Pereaksi Marquis
- Zat + 4 tetes formalin + 1 ml H2SO4 pekat (melalui dinding tabung, pelan-pelan) → warna.
- Pereaksi Forhde : larutan 1% NH4 molibdat dalam H2SO4 pekat
§ Zat + pereaksi Forhde → kuning kecoklatan
§ Zat + diazo A (4 bagian) + diazo B (1 bagian) + NaOH sampai alkalis → warna merah intensif.
§ Reaksi Nelzer Larutan zat dalam alkohol absolut + 1 tetes CuSO4dan CS2 à warna coklat seperti minyak.
§ Reaksi Mandelin : zat + H2SO4 + FeCl3àwarna
§ Reaksi Roux: 1 tts NaOH + 1 tts KMnO4 + 20 tts Na nitroprusid à kocok à larutan dan endapan, larutan diambil.
§ Reaksi Serulas & Lefort : larutan zat dalam H2SO4 encer + KI + CHCl3 à dikocok; lapisan CHCl3 akan berwarna.
§ Reaksi Huseman : zat + H2SO4 pekat à dipanaskan di atas api sehingga dihasilkan apomorfin + HNO3 65% + KNO3 padat à warna.
§ Reaksi Bosman: larutan zat dalam H2SO4 encer + KMNO4 à dikocok dengan CHCl3; lapisan CHCl3 akan berwarna violet kemudian terbentuk endapan coklat.
§ Reaksi Zwikker : Zat +1 ml Pyridin 10% + CuSO4 à batang panjang tidak berwarna, Kristal tidak spesifik dan dibuat di objek glass.
§ Reaksi Mandelin amonium vanadat ½ % dalam air + H2SO4 pekat.
§ Reaksi Murexide : Zat + 1 tetes H2O2 3 % atau KClO3 padat + 1 tetes HCl 25%, panaskan di water bath hingga kering à agak Jingga; + NH4OH à warna Ungu
§ Reaksi Parri : Zat + Co(NO3)2, lalu + uap NH4OH warna ungu.
- Reaksi Vitally : zat + HNO3 berasap, diuapkan di atas water bath sampai kering, + spir/alkali ungu, tahan dalam aseton
- Apomorfin : merah
- Strychnine : merah ungu
- Veratrin : coklat jingga
§ Reaksi Lieberrman: H2SO4 pekat + HNO3 pekat
§ Reaksi Sanchez : zat + p-nitrodiabendazol (p-nitoanilin +NaNO2 + NaOH)à ungu à jingga.
§ Reaksi Pesez : zat + H2SO4 + lar. KBr, panaskan di atas water bath à hijau, ditarik dengan CHCl3 à biru hijau.
§ Reaksi Thalleiochin : larutan zat dalam asam asetat encer + 1 tetes aqua brom + NH4OH berlebihàhijau zamrud + kloroformàdifloresensi
§ Reaksi Erytrochin : larutan zat dalam HCl encer + aqua brom (hingga kuning) + kalium ferrocyanida + CHCl3 + NH4OH, kocok homogen → lapisan CHCl3 berwarna merah.
§ Reaksi Sanchez. (reagen : larutan jenuh p-nitronilin dalam 1% H2SO4 + NaNO2). Zat + H2SO4 75 % + 1 tetes reagen + NaOH → ungu tua, asamkan dengan H2SO4 → jingga.
§ Reaksi Feigel : 5 tetes H2SO4 pkt + sedikit yohimbin ad larut + kristal khloral hidrat panaskan di WB → merah biru stabil, + air → warna hilang.
§ Reaksi esterifikasi : Zat + alkohol + H2SO4 conc. Panaskan → bau khas.
§ Reaksi isonitril : Zat + spiritus + KOH → panaskan → ditambah CHCl3 → panaskan lagi → bau iso nitril (segera diasamkan karena bau beracun/busuk)
§ Reaksi Runge : Dipanaskan dengan HCl 25% → dinginkan → ditambah NaOH ad basa lemah → berwarna ungu kotor
§ Reaksi Indophenol: Panaskan dengan HCl → dinginkan diencerkan dengan air + phenol + kaporit → nampak ungu kotor → ditambah NH4OH berlebih → berwarna biru + HNO3à tidak berwarna kuning.
§ Reaksi Ehrlich : Zat padat + pereaksi p-DAB HCl → berwarna kuning kenari
§ Reaksi Wassicky : zat + p-DAB +H2SO4 pekat à merah ungu
§ Reaksi korek api : zat + HCl lalu batang korek api dicelupkan à jingga/kuning.
3. Reaksi Kristal:
- Reaksi Kristal dragendorf
Pada objek glass, zat +HCl aduk, lalu teteskan dragendorf di pinggirnya dan jangan dikocok, diamkan 1 menit Kristal dragendorf
2. 2. Reaksi Fe-complex & Cu-complex:
Pada objek glass, gas ditetesi dengan Fe-compleks dan Cu-complex lalu tutup dengan cover glass panaskan sebentar, lalu lihat Kristal yang terbentuk.
1. Pada objek glass, zat + asam lalu ditaburkan serbuk sublimat dengan spatel, sedikit saja digoyangkan di atasnya à Kristal terlihat.
2. Reaksi Iodoform : zat ditetesi NaOH sampai alkali + sol. Iodii lalu dipanaskan hingga berwarna kuning (terbentuk iodoform), lalu lihat Kristal bunga sakura di mikroskop.
3. Reaksi Herapatiet. (reagen : air + spirtus + asam cuka biang + sedikit H2SO4 dan aqua iod sampai agak kuning pada objek glass). Zat + 1 tetes reagen → kristal lempeng (coklat/violet)
Identifikasi Senyawa Alkaloid
Alkaloid Derivat Fenil Alanin
Alkaloid Amin
Efedrin HCl
Asal (efedrin) : Ephedra vulgaris
Organoleptis : serbuk putih halus, tidak berbau, rasa pahit
Kelarutan : larut dalam lebih kurang 4 bagian air
Reaksi Identifikasi:
1. Larutan zat dalam air + PbSO4 + NaOH violet.
2. Larutan zat dalam air +NaOH 0,1 N + 3 ml CCl4 dikocok , dibiarkan pisahkan lapisan organik + sedikit tembaga à kocok à keruh lalu terbentuk endapan.
3. Reaksi oksidasi oleh KMnO4 bau benzaldehid.
4. Reaksi iodoform (+)
5. Reaksi Nelzer: Larutan zat dalam alkohol absolut + 1 tetes CuSO4dan CS2 coklat minyak.
6. Zat + sulfanilat + NaOH merah.
7. Larutan zat dalam air + HCl, + H2O2 + NaCl + 6 tetes NaOH merah violet.
8. Larutan zat dalam air + AgNO3 endapan (AgCl), dicuci dengan air, + NH4OH endapan akan larut kembali.
1.2 Alkaloid Benzil Isokuinolon
1.2.1 Morfin
Asal: Papaver somniferum
Sinonim : Dionin
Organoleptis : kristal putih
Kelarutan : larut dalam 12 bagian air
Reaksi Identifikasi:
1. Reaksi KING, SANCHEZ, dan FESEZ (+)
2. Zat + H2SO4 + FeCl3 dipanaskan dalam air mendidih berwrna biru + HNO3 berwarna merah/coklat merah tua.
1. Reaksi iodoform (+)
2. Reaksi FROHDE: kuning hijau.
3. Reaksi MANDELIN: kuning hijau.
4. Reaksi MARQUIS: ungu dalam waktu lama.
5. Larutan zat dalam HCl + I2 à endapan yang larut dalam spiritus.
Fungsi Alkaloid
Alkaloid telah dikenal selama bertahun-tahun
dan telah menarik perhatian terutama karena pengaruh fisiologinya terhadap
mamalia dan pemakaiannya di bidang farmasi, tetapi fungsinya dalam tumbuhan
hampir sama sekali kabur. Beberapa pendapat mengenai kemungkinan perannya dalam
tumbuhan sebagai berikut (Gritter, 1995):
a. Alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan
nitrogen seperti urea dan asam urat dalam hewan (salah satu pendapat yang
dikemukan pertama kali, sekarang tidak dianut lagi).
b. Beberapa alkaloid mungkin bertindak sebagai
tandon penyimpanan nitrogen meskipun banyak alkaloid ditimbun dan tidak
mengalami metabolisme lebih lanjut meskipun sangat kekurangan nitrogen.
c.
Pada beberapa kasus, alkaloid dapat melindungi
tumbuhan dari serangan parasit atau pemangsa tumbuhan. Meskipun dalam beberapa
peristiwa bukti yang mendukung fungsi ini tidak dikemukakan, mungkin merupakan
konsep yang direka-reka dan bersifat ‘manusia sentris’.
d.
Alkaloid dapat berlaku sebagai pengatur tumbuh,
karena dari segi struktur, beberapa alkaloid menyerupai pengatur tumbuh.
Beberapa alkaloid merangasang perkecambahan yang lainnya menghambat.
e.
Semula disarankan oleh Liebig bahwa alkaloid,
karena sebagian besar bersifat basa, dapat mengganti basa mineral dalam
mempertahankan kesetimbangan ion dalam tumbuhan.
Salah satu contoh alkaloid yang pertama sekali bermanfaat
dalam bidang medis adalah morfin yang diisolasi tahun 1805. Alkaloid
diterpenoid yang diisolasi dari tanaman memiliki sifat antimikroba.
Solamargine, suatu glikoalkoid dari tanaman berri solanum khasianum mungkin
bermanfaat terhadap infeksi HIV dan infeksi intestinal yang berhubungan dengan
AIDS.
Ketika alkaloid ditemukan memiliki efek antimikroba
temasuk terhadap Giarde dan Entamoeba, efek anti diare utama mereka kemungkinan
disebabkan oleh efek mereka pada usus kecil. Berberin merupakan satu contoh
penting alkaloid yang potensial efektif terhadap typanosoma dan plasmodia.
Mekanisme kerja dari alkaloid kuartener planar aromatik seperti berberin dan
harman dihubungkan dengan kemampuan mereka untuk berinterkalasi dengan DNA.
Tanaman Penghasil Alkaloid
Senyawa alkaloid merupakan senyawa organik
terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuhan dan
tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara organoleptik, daun-daunan
yang berasa sepat dan pahit, biasanya teridentifikasi mengandung alkaloid.
Selain daun-daunan, senyawa alkaloid dapat ditemukan pada akar, biji, ranting,
dan kulit kayu.
Alkaloid
dihasilkan oleh banyak organisme, mulai dari bakteria, fungi (jamur), tumbuhan,
dan hewan. Ekstraksi secara kasar biasanya dengan mudah dapat dilakukan melalui
teknik ekstraksi asam-basa. Rasa pahit atau getir yang dirasakan lidah dapat
disebabkan oleh alkaloid. Istilah "alkaloid" (berarti "mirip
alkali", karena dianggap bersifat basa) pertama kali dipakai oleh Carl
Friedrich Wilhelm Meissner (1819), seorang apoteker dari Halle (Jerman) untuk
menyebut berbagai senyawa yang diperoleh dari ekstraksi tumbuhan yang bersifat
basa (pada waktu itu sudah dikenal, misalnya, morfina, striknina, serta
solanina). Hingga sekarang dikenal sekitar 10.000 senyawa yang tergolong
alkaloid dengan struktur sangat beragam, sehingga hingga sekarang tidak ada
batasan yang jelas untuknya.
Cokelat adalah makanan yang diolah dari biji
kakao. Cokelat mengandung alkaloid-alkaloid seperti teobromin, fenetilamina,
dan anandamida yang memiliki efek fisiologis untuk tubuh. Kandungan-kandungan
ini banyak dihubungkan dengan tingkat serotonin dalam otak. Menurut ilmuwan,
cokelat jika dimakan dalam jumlah normal secara teratur dapat menurunkan
tekanan darah.
Tembakau mengandung senyawa alkaloid,
diantaranya adalah nikotin. Nikotin termasuk dalam golongan alkaloiod yang
terdapat dalam famili Solanaceae. Nikotin dalam jumlah banyak terdapat dalam
tanaman tembakau, sedang dalam jumlah kecil terdapat pada tomat, kentang dan
terung. Nikotin dan kokain dapat pula ditemukan pada daun tanaman kota. Kadar
nikotin berkisar antara 0,6-3,0 % dari berat kering tembakau, dimana proses
biosintesisnya terjadi di akar dan terakumulasi pada daun tembakau. Nikotin
terjadi dari biosintesis unsur N pada akar dan terakumulasi pada daun. Fungsi nikotin
adalah sebagai bahan kimia antiherbivora dan adanya kandungan neurotoxin yang
sangat sensitif bagi serangga, sehingga nikotin digunakan sebagai insektisida
pada masa lalu.
Kecubung
adalah tumbuhan penghasil bahan obat-obatan yang telah dikenal sejak ribuan
tahun,di antaranya Datura Stramonium, Datura tatura, dan Brugmansia suaviolens,
namun daya khasiat masing-masing jenis kecubung, berbeda-beda. Penyalahgunaan
kecubung memang sering terjadi, sehingga bukan obat yang didapat malah racun
(menyebabkan pusing) yang sangat berbahaya. Hampir seluruh bagian
tanaman kecubung dapat dimanfaatkan sebagai obat. Hal ini disebabkan seluruh
bagiannya mengandung alkaoida atau disebut hiosamin (atropin) dan scopolamin,
seperti pada tanaman Atropa belladona.Alkahoid
ini bersifat racun sehingga pemakaiannya terbatas pada bagian luar. Biji
kecubung mengandung hiosin dan lemak, sedangkan daunnya mengandung kalsium
oksalat. Berkhasiat mengobati rematik, sembelit, asma, sakit pinggang, bengkak,
encok, eksim, dan radang anak telinga.
Kopi juga termasuk ke dalam tanaman yang
mengandung senyawa alkaloid. Kopi terkenal akan kandungan kafeinnya yang
tinggi. Kafein kopi merupakan senyawa hasil metabolisme sekunder golongan
alkaloid dari tanaman kopi dan memilik rasa yang pahit.
Buah pare dalam bahasa latin disebut
Momordica charantia L berasal dari kawasan Asia Tropis. Buahnya
mengandung albiminoid, karbohidrat, dan zat warna, daunnya mengandung
momordisina, momordina, karantina, resin, dan minyak lemak. Bijinya mengandung
saponin, alkaloid, triterprenoid, dan asam momordial. Manfaat buah ini dapat
merangsang nafsu makan, menyembuhkan batuk, memperlancar pencernaan,
membersihkan darah bagi wanita yang baru melahirkan, dapat menyembuhkan
penyakit kuning, juga cocok untuk menyembuhkan mencret pada bayi.
Prosedur Umum Pengujian Alkaloid
Secara umum senyawa alkaloid diekstrak dari tumbuhan
menggunakan beberapa pelarut untuk menghilangkan lemak yang tercampur, kemudian
ekstraknya dibasakan dengan larutan NH310% dan Al2O3. Campuran ini selanjutnya
dipisahkan secara kromatografi kolom dan diidentifikasi. Identifikasi senyawa
alkaloid dapat dilakukan dengan metoda fisika, dengan cara penyinaran
kromatogram di bawah sinar ultraviolet
254 nm dan 366 nm. Beberapa alkaloid memberikan warna fluoresensi biru atau
kuning di bawah sinar tersebut, serta metoda kimia dengan menggunakan pereaksi
tertentu, seperti pereaksi dragendorf membentuk endapan jingga-merah.
R – N = R + K[BiI4] R2N+K[BiI4]
(endapan jingga)
R3N+ + K[BiI4] K(R3N) [BiI4]
(endapan jingga)
Identifikasi selanjutnya adalah dengan spektroskopi
ultraviolet dan sinar tampak yang memberikan keterangan tentang tipe struktur molekulnya.
Panjang gelombang maksimum yang diberikan oleh suatu senyawa dapat digunakan
sebagai perkiraan awal terhadap jenis senyawa tersebut. Cara identifikasi
lainnya adalah dengan menggunakan spektroskopi inframerah yang memberikan
informasi tentang gugus-gugus fungsional dalam suatu senyawa. Pada umumnya
senyawa alkaloid memberikan serapan khas pada daerah frekuensi 3480-3205
cm-1-N-H ), 2100-1980 cm-1 (=N+-H), 1660-1480 cm-1
(C=N-), 1350-1000 cm –l (-C-N-) dan beberapa serapan lainnya yang
khas untuk masing-masing.
Prosedur Khusus Pengujian Alkaloid
Dua metode yang paling banyak digunakan
untuk menyeleksi tanaman yang mengandung alkaloid. Prosedur Wall,
meliputi ekstraksi sekitar 20 gram bahan tanaman kering yang direfluks dengan
80% etanol. Setelah dingin dan disaring, residu dicuci dengan 80% etanol dan
kumpulan filtrat diuapkan. Residu yang tertinggal dilarutkan dalam air,
disaring, diasamkan dengan asam klorida 1% dan alkaloid diendapkan baik dengan
pereaksi Mayer atau dengan Siklotungstat. Bila hasil tes positif, maka
konfirmasi tes dilakukan dengan cara larutan yang bersifat asam dibasakan,
alkaloid diekstrak kembali ke dalam larutan asam. Jika larutan asam ini
menghasilkan endapan dengan pereaksi tersebut di atas, ini berarti tanaman
mengandung alkaloid. Fasa basa berair juga harus diteliti untuk menentukan
adanya alkaloid quartener.
Prosedur Kiang-Douglas agak berbeda terhadap garam alkaloid yang terdapat dalam tanaman
(lazimnya sitrat, tartrat atau laktat). Bahan tanaman kering pertama-tama
diubah menjadi basa bebas dengan larutan encer amonia. Hasil yang diperoleh
kemudian diekstrak dengan kloroform, ekstrak dipekatkan dan alkaloid diubah
menjadi hidrokloridanya dengan cara menambahkan asam klorida 2 N. Filtrat
larutan berair kemudian diuji terhadap alkaloidnya dengan menambah pereaksi
mayer,Dragendorff atau Bauchardat. Perkiraan kandungan alkaloid yang potensial
dapat diperoleh dengan menggunakan larutan encer standar alkaloid khusus
seperti brusin.
Beberapa pereaksi pengendapan digunakan
untuk memisahlkan jenis alkaloid. Pereaksi sering didasarkan pada kesanggupan
alkaloid untuk bergabung dengan logam yang memiliki berat atom tinggi seperti
merkuri, bismuth, tungsen, atau jood. Pereaksi mayer mengandung kalium jodida
dan merkuri klorida dan pereaksi Dragendorff mengandung bismut nitrat dan merkuri
klorida dalam nitrit berair. Pereaksi Bouchardat mirip dengan pereaksi Wagner
dan mengandung kalium jodida dan jood. Pereaksi asam silikotungstat menandung
kompleks silikon dioksida dan tungsten trioksida. Berbagai pereaksi tersebut
menunjukkan perbedaan yang besar dalam halsensitivitas terhadap gugus alkaloid
yang berbeda. Ditilik dari popularitasnya, formulasi mayer kurang sensitif
dibandingkan pereaksi wagner atau dragendorff.
Kromatografi dengan penyerap yang cocok
merupakan metode yang lazim untuk memisahkan alkaloid murni dan campuran yang
kotor. Seperti halnya pemisahan dengan kolom terhadap bahan alam selalu
dipantau dengan kromatografi lapis tipis. Untuk mendeteksi alkaloid secara
kromatografi digunakan sejumlah pereaksi. Pereaksi yang sangat umum adalah
pereaksi Dragendorff, yang akan memberikan noda berwarna jingga untuk senyawa
alkaloid. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa beberapa sistem tak jenuh,
terutama koumarin dan α-piron, dapat juga memberikan noda yang berwarna jingga
dengan pereaksi tersebut. Pereaksi umum lain tetapi kurang digunakan adalah
asam fosfomolibdat, jodoplatinat, uap jood, dan antimon (III) klorida.
Kebanyakan alkaloid bereaksi dengan
pereaksi-pereaksi tersebut tanpa membedakan kelompok alkaloid. Sejumlah
pereaksi khusus tersedia untuk menentukan atau mendeteksi jenis alkaloid
khusus. Pereaksi Ehrlich (p-dimetilaminobenzaldehide yang diasamkan) memberikan
warna yang sangat karakteristik biru atau abu-abu hijau dengan alkaloid ergot.
Perteaksi serium amonium sulfat (CAS) berasam (asam sulfat atau fosfat)
memberikan warna yang berbeda dengan berbagai alkaloid indol. Warna tergantung
pada kromofor ultraungu alkaloid.
Campuran feriklorida dan asam perklorat
digunakan untuk mendeteksi alkloid Rauvolfia. Alkaloid Cinchona memberikan
warna jelas biru fluoresen pada sinar ultra ungu (UV) setelah direaksikan
dengan asam format dan fenilalkilamin dapat terlihat dengan ninhidrin.
Glikosida steroidal sering dideteksi dengan penyemprotan vanilin-asam fosfat.
F. Kegunaan Senyawa Alkaloid Dalam Kehidupan Sehari-hari
Berikut adalah beberapa contoh senyawa alkaloid yang telah umum dikenal dalam bidang farmakologi :
Senyawa Alkaloid
(Nama Trivial) |
Aktivitas Biologi
|
Nikotin
|
Stimulan pada syaraf otonom
|
Morfin
|
Analgesik
|
Kodein
|
Analgesik, obat batuk
|
Atropin
|
Obat tetes mata
|
Skopolamin
|
Sedatif menjelang operasi
|
Kokain
|
Analgesik
|
Piperin
|
Antifeedant (bioinsektisida)
|
Quinin
|
Obat malaria
|
Vinkrist
|
permasalahan :
1. reaksi yang mendasari pembentukan alkaloid membentuk basa. Basa kemudian bereaksi dengan karbanion dalam kondensasi hingga terbentuklah alkaloid. bagaimana preoses lengkap dan reaksi yang terjadi pada pembentukan alkaloid ?
2. Kebasaan alkaloida menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi terutama oleh panas dan sinar mengapa bisa demikian ?
3. Hampir seluruh bagian tanaman kecubung seluruh bagiannya mengandung alkaloid tetapi jika di salahkan gunakan malah mengandung racun yang membuat pusing mengapa bisa demikian padahal Hampir seluruh bagian tanaman kecubung dapat dimanfaatkan sebagai obat ?
Dari nomor 2.
BalasHapusHasil reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi olakloida selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik atau anorganik sering mencegah dekomposisi.
Saya akan menjawab permasalahan yg pertama, karen sifat kimia Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya pasangan elektron pada nitrogen.Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai contoh; gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa. Hingga trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan senyawa dietilamin lebih basa daripada etilamin. Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan bersifat menarik elektron (contoh; gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan sedikit asam. Contoh ; senyawa yang mengandung gugus amida.
BalasHapusKebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil dari reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu yang lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik (tartarat, sitrat) atau anorganik (asam hidroklorida atau sulfat) sering mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya dalam perdagangan alkaloid lazim berada dalam bentuk garamnya.
Baiklah saya akan menjawab permasalahan no 3
BalasHapusHampir seluruh bagian tanaman kecubung dapat dimanfaatkan sebagai obat. Hal ini disebabkan seluruh bagiannya mengandung alkaoida atau disebut hiosamin (atropin) dan scopolamin, seperti pada tanaman Atropa belladona.Alkahoid ini bersifat racun sehingga pemakaiannya terbatas pada bagian luar. Biji kecubung mengandung hiosin dan lemak, sedangkan daunnya mengandung kalsium oksalat. Berkhasiat mengobati rematik, sembelit, asma, sakit pinggang, bengkak, encok, eksim, dan radang anak telinga.
Kecubung mengandung senyawa kimia alkaloid. terdiri dari atropin, hiosiamin, dan skopolamin yang bersifat antikholinergik. Kecubung juga mengandung hiosin, zat lemak, kalsium oksalat, meteloidina, norhiosiamina, norskopolamina, kuskohigrina, dan nikotina.
Zat yang bermanfaat sebagai pereda asma adalah hipociamin dan skopolamin yang besifat antikholinergik. Efek dari zat tersebut sangat meringankan penderita asma.
Alkaloid dapat melebarkan kembali saluran pernapasan yang menyempit akibat serangan asma. Lalu, skopolamin juga mempunyai aktivitas depresan untuk susunan saraf pusat, sehingga kerap digunakan sebagai obat antimabuk.
Baiklah saya akan mencoba menjawab no 2
BalasHapusHasil reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi olakloida selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik atau anorganik sering mencegah dekomposisi.
Saya akan menjawab permasalahan yg pertama, karen sifat kimia Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya pasangan elektron pada nitrogen.Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai contoh; gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa. Hingga trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan senyawa dietilamin lebih basa daripada etilamin. Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan bersifat menarik elektron (contoh; gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan sedikit asam. Contoh ; senyawa yang mengandung gugus amida.
BalasHapusKebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil dari reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu yang lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik (tartarat, sitrat) atau anorganik (asam hidroklorida atau sulfat) sering mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya dalam perdagangan alkaloid lazim berada dalam bentuk garamnya.
Permasalahan 2
Hasil reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi olakloida selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik atau anorganik sering mencegah dekomposisi.